17 Nov 2014

Bakat Seniman Mengalir di Jiwa Bapak

Sebenarnya saya bingung mau memberi judul tulisan ini, sempat buat judulnya "Catur raksasa dari kayu buatan tangan Bapak", "Ternyata Bapak seorang pelukis" tetapi akhirnya saya kasih judul di atas "Bakat Seniman Mengalir di Jiwa Bapak". Okey sekarang langsung aja nulis. :D

Beberap teman dan tetangga merasa heran dan berdecak "ii bagus, lukisannya ya .. ini pit?" jawab ku "iya" Bapak yang melukis. Hebat bapak ya pit - saya hanya cengengesan saja tersenyum. Dijual tidak ini lukisan, jawab saya iya dijual sekian. Kepengen yang ini, nantilah kalau sudah ada uang jawab yang nanya.

Yah mereka heran Bapak yang seorang serabutan bisa melukis dengan sebagus itu. Tetapi bagi Saya dan keluarga tidak merasa heran lagi kalau bapak bisa melukis sebab dari saya kecil Bapak orangnya kreatif seperti seniman. Bapak bisa membuat karya pahat dari kayu, bisa membuatkan saya dan adik sandal tengkle (sandal dari kayu + karet ban), catur besar, dan mendapatkan beberapa pesanan catur besar dari teman-temannya. Bapak juga bisa membuat karya seni dari tanah liat. Pernah saya mendapatkan tugas kesenian dari sekolah, tetapi saya tidak memiliki uang untuk membeli bahan-bahan kesenian seperti teman yang lain. Di fikiran saya yang murah itu tanah liat dan sabun, tetapi sekarang kemana saya harus mencari tanah liat. Kendalanya lagi kalau sabun, berarti saya buat asbak rokok lagi. Akhirnya Bapak menyuruh saya membeli sabun batangan (waktu itu merk kompas). Beliau mengajarkan saya membuat ikan dari dari sabun tersebut dengan tekni memahat, menempel, dan membentuk. Hasilnya wah.. hihi malah saya dapat orderan dari teman lain. Tetapi saya tolak, karena selain itu karya untuk tugas sekolah, saya juga takut sama ibu gurunya kalau sampai ketauan itu bukan buatan mereka. Bisa-bisa kami dapat nilai merah karena ketidakjujuran.

O yah dari karya Bapak yang berupa catur raksasa saya jadi semangat dan kepengen belajar catur yang menurut kecilnya saya tidak menarik sebelum mengenal catur raksasa tersebut. Yah saya waktu itu tidak respect dengan si catur mini yang sudah kecil banyak banget aturannya :D. Sebelumnya saya malas banget yang namanya bermain catur, ribet dan malas untuk menghafal langkah-langkah dari setiap bidak-bidak catur. Si Benteng yang bisa melangkah hanya lurus vertikal dan horizontal, Si Gajah, si kuda yang langkahnya seperti L, si poin, si Raja yang harus dilindungi dan jangan sampai dimakan, terus bidak yang sudah dimakan tiba-tiba bisa hidup lagi. hihi

Salah satu lukisan karya Bapak - ruthdea.blogspot.com
Sambil bermain catur Bapak sering memberi wejangan bahwa catur itu seni hidup, seni latihan jiwa. Catur melatih mental kita untuk sabar dalam kehidupan dan dalam menghadapi berbagai macam watak manusia. Catur juga melatih sikap kita untuk berlapang dada menerima kekalahan dan rendah hati menerima kemenangan. Catur melatih kita untuk tidak berpuas diri dengan sikap sombong, melatih mental untuk tetap eling dan tidak ceroboh. Catur juga melatih pola pikir yang baik, melatih ingatan dan melatih supaya sabar, amanah dan jujur. Bermain catur bukan terletak dari menang atau kalahnya. Tetapi makna dari catur itu sendiri.
Mari kita mengingat dan perhatikan saat pertama kita bermain catur, kita sangat kesal saat kalah dan sering ingin berbuat curang. Dari merubah posisi catur sampai membuat berantakan papan catur terus berlalu secepat kilat sambil misuh-misuh kesal. Lalu sesaat kemudian mengajak bermain lagi dengan keyakinan "kali ini saya menang". Latihan demi latihan membiasakan kita untuk sabar dan tetap bersikap tenang.