27 May 2015

Hikmah dibalik kesedihan

Artikel ini saya buat berhubungan dengan postingan saya sebelumnya Bahaya Posting di Facebook
Sedih banget mendapat tanggapan negatif dari seorang teman karena mengingatkan untuk sebuah kebaikan terlebih lagi tanggapan tersebut berupa makian dan olok-olokan. Dan teman-teman yang lain yang tidak tau apa sebabnya ikut berpartisipasi mengolok-olok.

Semalaman sebelum tidur saya memikirkannya, apakah hal yang saya lakukan tersebut salah. Apakah memang benar disini saya yang salah karena terlalu ikut campur urusan orang lain. Tetapi setelah saya analisis lagi, tidak ada yang salah dan saya tidak ikut campur urusan orang. Saya hanya mengingatkan. Saya cek lagi bbm yang saya kirim ke teman tersebut, kalimatnya juga hanya 3 kalimat dan itupun sopan, dan sebelumnya saya bertanya dulu. Bolehkan memberi saran, dan ditanggapi.

Ah.. sudahlah mungkin dia sedang lelah dan ada masalah.

Tetapi hati kecil ini masih sedih karena kata-kata kasarnya, sempat terfikir mulai sekarang tidak akan perduli lagi dengan orang lain . Seterah apa yang akan terjadi dengan mereka. Toh tidak merugikan saya.

Namun ada bagian sisi hati yang bersuara halus yang berkata
 "salah jika kau sangka tidak rugi, hal buruk orang lain akan membuatmu juga lebih sedih"
 "ingatkah saat kau mengurungkan niatmu mengingatkan seorang teman agar lebih berhati-hati terhadap roknya saat naik motor" --- "Apa yang terjadi?"

"Bukankah dia mengalami hal yang mengenaskan - rok terlilit gir motor dan dia terjungkal ke belakang - koma untuk beberapa lama"

"atau saat kau mengurungkan niatmu berbagi cerita yang sama padahal hatimu sangat meinginkan untuk berbagi, seorang lagi mengalami hal yang serupa - seorang lagi mengalami hal buruk dan berakhir jatuh dan kakinya terluka karena ikut masuk keroda".

Tidak ada alasan untuk berhenti berbuat baik walau dengan sebuah nasehat kecil. "Masihkah engkau mau berhenti?" Sepertinya engkau harus kuingatkan lagi saat engkau mengurungkan niatmu mengingatkan seorang rekan kerjamu agar berhati-hati dengan tidak menggunakan perhiasan yang berlebihan yang sangat mencolok yang dipakainya.

Kau ingat yang terjadi setelah beberapa lama dari waktu ketika kau urungkan niatmu. Kekhawatiranmu terjadi, ia mengalami musibah dijambret orang dan ia terluka karena terjatuh dari kendaraan. Wajahnya yang bersih penuh luka.

Haruskah mereka tau dan sadar setelah mengalami hal buruk dulu. Bukankah lebih baik jika mereka tau dan sadar tanpa mengalami hal buruk.

Itu sebagian kata-kata si suara halus tersebut. Lalu saya diingatkan lagi oleh tausiyah Aa Gym melalui postingan akun Fanspagenya:

Fokuslah untuk terus berbuat baik
Tidak usah mempedulikan
Orang tau atau tidak
Orang berterimakasih atau tidak
Orang mengakui atau tidak
Orang menghargai atau tidak
Orang balas budi atau tidak
Semua itu benar-benar tidak penting
Yang penting adalah cukuplah Alloh 
yang menjadi saksi dan amal-amal kebaikan
kita diterima, diridhoi Alloh.


Alhamdulillah walau hati ini masih sedih, tausiyah ini mengingatkan untuk belajar iklas berbuat dan semata-mata hanya untuk Allah.  Mungkin dibalik niat baik saya, terselip sikap riya'. Dan Allah sayang pada saya dan mengingatkan saya dengan tanggapan negatif teman tersebut supaya saya eling dan berhati-hati terhadap riya'. Dan agar saya menjadi orang yang sabar. Aamiin.

Semoga Saya, teman saya tersebut, dan anda semua yang membaca tulisan ini diberi penerang hati oleh Allah SWT, menjadi orang yang lebih sabar dan iklas lagi. Aamiin.


Allah SWT berfirman :

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱصۡبِرُواْ وَصَابِرُواْ وَرَابِطُواْ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ

"Wahai orang-orang yang beriman! Bersabarlah kamu dan kuatkanlah kesabaranmu."
QS Ali Imran : 200

Sabar ada tiga macam, yaitu sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah, sabar dari meninggalkan keharaman-keharaman Allah, dan sabar dalam menghadapi takdir Allah.

Sungguh, Allah telah memerintahkan bersabar atas semua hal tersebut.

No comments:

Post a Comment